Jakarta.niagaindo.com – PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), merupakan anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI). Beberapa waktu lalu mengajukan pembaruan 10 rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL), melalui PT Industri Kereta Api (INKA). Guna memenuhi kebutuhan 200.000 penumpang.
Namun sayangnya, usulan dari PT KCI, untuk melakukan pembaruan 10 rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL), melalui PT INKA, pada tahun 2023 ini, dipersoalkan oleh sejumlah kalangan pihak, ada yang pro dan ada yang kontra menolak mendatangkan KRL bekas dari Jepang, yang diajukan PT KCI.
Awalnya, KCI merencanakan untuk mengimpor KRL bekas dari Jepang itu, setelah mendapat restu dari Kementerian Perhubungan. Sebagaimana dikatakan oleh Juru bicaranya, Adita Irawati. “ Kemenhub telah menerbitkan surat rekomendasi kepada PT KCI, terkait teknis impor KRL bekas, dari Jepang itu,” kata Adita Irawati.
Surat rekomendasi dari Kemenhub itu juga memuat syarat kelayakan komponen dan sarana menuju keselamatan penumpang. Di sisi lain, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga mengisyaratkan, tidak sepenuhnya sependapat untuk impor KRL bekas itu.
Menurut Agus Gumiwang Kartasasmita, industri dalam negri perlu dimanfaatkan, agar tercipta penyerapan tenaga kerja, melalui retrofit KRL yang akan pensiun itu. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), melalui Deputi Koordinasi Pertambangan dan Investasi, Septian Hario Seto, dalam acara Konferensi Pers di Kemenko Marves, pada hari Kamis kemarin, (6/4/2023) mengatakan, dalam rangka pengadaan KRL impor dari Jepang itu, ada hal yang dinilainnya tidak wajar, tentang biaya impor.
Hario Seto, dalam estimasi-nya tentang biaya impor KRL yang diprediksikan oleh PT KCI, hanya biaya handling transportasi dari Jepang ke Indonesia. Dari itu, nilai kewajaran yang diajukan oleh PT KCI untuk pengangkutan KRL dari Jepang ke Indonesia, tidak dapat diyakini.
“ Berdasarkan hasil klarifikasi dari PT Pelindo, terkait penyediaan kontainer untuk mengangkut impor KRL bekas itu, tidak juga ditemukan hasil yang sesuai. Demikian halnya dengan ketersediaan kapal Pelindo hanya 20 feet dan 40 feet. Dari itu, untuk mengangkut KRL tersebut, justru membutuhkan kontainer baru dan penggunaan kapal kargo, dengan biaya yang harus diestimasikan dengan akurat,” kata Hario Seto.
Sebagaimana diakui oleh Hario Seto, masalah impor KRL ini pernah dibahas dengan pejabat Eselon I Kemenko Marves, bersama PT KCI. Dalam Pertemuan ketika itu, menurut Hario Seto, memang terdapat pilihan. Selain impor, melakukan peningkatan teknologi pada KRL yang akan dipensiunkan. Tapi pengerjaan butuh waktu satu hingga dua tahun.
” Mengingat ini sudah sangat dibutuhkan, kami memilih opsi untuk meng impor KRL tidak baru, untuk mengganti kereta yang dikonversi tadi,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, yang menyepakati reviu pola operasi PT KCI untuk bisa dioptimalkan, dengan sistem perawatan. Guna keselamatan sarana dan prasarananya.
Peneliti transportasi publik dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai PT KCI sejauh ini menghadapi posisi dilematis. Kesepuluh rangkaian KRL yang sudah akan pensiun bisa saja tetap dioperasikan, dengan menggadaikan risiko keselamatan penumpang. Jika tidak dioperasikan, akan terjadi penumpukan penumpang.
” Tapi saya yakin PT KCI tidak akan mengoperasikan kereta yang sudah uzur. Ada risiko kecelakaan, mereka yang ganti dan bisa masuk bui mereka,” kata Djoko juga mengusulkan, dalam kurun waktu 2023-2024, Indonesia mengimpor KRL bekas. Untuk sementara waktu, dan pada tahun 2024 baru menggunakan KRL buatan PT INKA.
Berdasarkan audit BPKP, jumlah KRL yang beroperasi saat ini 1.114 unit (belum termasuk 48 yang sudah pensiun, dan 36 yang dikonversi sementara). PT KAI melalui anak usahanya PT KCI mengatakan, tahun ini (2023), terdapat 10 rangkaian KRL yang masuk usia pensiun. Lalu tahun depan akan ada lagi 19 rangkaian yang harus pensiun. PT INKA memperkirakan, masa pakai KRL yang sudah usang masih bisa bertahan beroperasi lebih dari 10 tahun lagi. (Berita ini dirangkum oleh Redaksi , dari sejumlah sumber).