Jakarta, niagaindo.com – Volume ekspor batu bara Indonesia pada 2023 tetap naik, meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan cukup tajam.
Ekspor batu bara Indonesia pada 2023 menembus 379,71 juta ton. Jumlah tersebut naik 5,44% dibandingkan 2022. Dari sisi nilai, ekspor batu bara jeblok 26,03% menjadi US$ 34,59 miliar atau sekitar Rp 540,67 triliun.
Seperti tahun lalu, India masih menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia. Sebanyak 108,83 juta ton batu bara dikirim ke India pada 2023. Jumlah tersebut turun 1,11% dibandingkan 2022. Nilai ekspor batu bara ke India mencapai US$ 7,26 miliar atau sekitar Rp 113,5 triliun.
Pasar terbesar kedua bagi batu bara Indonesia adalah China dengan volume mencapai 81,68 juta ton pada 2023. Jumlah tersebut melesat 17,2% dibandingkan 2022. Nilainya menembus US$ 6,98 miliar atau sekitar Rp 113, 47 triliun.
Jumlah ekspor batu bara ke India dan China menyentuh 190,62 juta ton atau 50,2% total ekspor Indonesia. Dari sisi nilai, ekspor batu bara India dan China menyentuh US$ 14,23 miliar atau setara dengan Rp 222,4 triliun. Nilai tersebut setara dengan 41% total pendapatan ekspor batu bara Indonesia.
Di bawah India dan China, pasar ekspor besar Indonesia adalah Jepang, Filipina, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.
Dilihat dari sisi nilai, ekspor batu bara jeblok karena melandainya harga batu bara pada 2023. Merujuk Refinitiv, rata-rata harga batu bara pada 2023 ada di angka US$ 172,05 per ton sementara pada 2022 mencapai US$ 345,41 per ton.
Harga batu bara melonjak pada 2022 karena meletusnya perang Rusia-Ukraina, embargo ekspor dari Uni Eropa, krisis gas dan kemarau ekstrem di China dan India.
Ekspor Desember Naik : Volume ekspor batu bara Indonesia pada Desember 2023 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dan menutup akhir tahun 2023 volume ekspor yang lebih tinggi. Nilai ekspor juga menguat pada Desember 2023 dibanding bulan sebelumnya, namun masih lebih rendah dibanding setahun sebelumnya.
Kenaikan nilai ekspor kali ini disebabkan oleh perbaikan volume, mengingat harga pasir hitam yang terus memburuk. Nilai ekspor dapat digambarkan melalui perhitungan volume ekspor dikalikan dengan harga rata-rata. Semakin besar volume ekspor atau harga acuan akan mendorong nilai ekspor semakin tinggi.
Melansir data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) Indonesia, (6.322 kkal/kg GAR) pada Desember 2023 mengalami penurunan dan menyentuh titik terendah sepanjang 2023. HBA turun menjadi US$ 117,38 per ton atau terkoreksi 16% dibanding November 2023.
Volume ekspor batu bara Indonesia pada Desember naik 6,26% menjadi 36 juta ton (mtm), nilai juga telah menunjukkan jumlah yang lebih tinggi 29,85% dibanding tahun lalu (year on year/yoy).
Secara nilai FOB, ekspor batu bara mengalami kenaikan 9,6% menjadi US$ 2,9 miliar pada Desember 2023 (mtm). Kendati demikian, nilai ekspor menunjukkan penurunan dibanding tahun lalu yang mencapai US$ 3,7 miliar.
Tiongkok tercatat menjadi importir batu bara terbesar secara nilai mencapai US$ 803 juta pada Desember 2023. Tingkat impor China juga menunjukkan lonjakan tertinggi sebesar 56,09% (mtm). Peningkatan impor China juga terlihat dari segi volume yang melonjak 42% menjadi 8,9 juta ton.
Namun, India masih menjadi importir batu bara terbesar dari segi volume dalam dua bulan beruntun. Impor batu bara India mencapai 9,5 juta ton pada Desember 2023. Meski volume impor India merupakan yang terbesar, jumlah tersebut menunjukkan penurunan 7% (mtm).
Volume impor India yang lebih tinggi dari China, tetapi secara nilai FOB lebih rendah disebabkan oleh India yang lebih menyukai batu bara Indonesia dengan kalori yang lebih rendah. Batu bara kalori rendah memiliki harga yang lebih murah dibanding kalori tinggi.
Selain itu, India menerapkan penggunaan batu bara yang dicampur antara kalori tinggi dan rendah. Hal ini menjadikan India dapat berfokus mengimpor batu bara dari Indonesia yang memiliki kalori rendah.
Lonjakan volume ekspor juga terpantau pada Jepang dan Korea Selatan yang mengalami kenaikan 32% dan 28% (mtm). Peningkatan volume kedua negara ini juga terlihat dari nilai FOB nya yang melonjak 39% dan 35% (Suber-CNBC Idonesia)*